Rabu, 27 November 2019

Bunsay Level 8, Tantangan Hari Ke-7, Asuransi


ASURANSI

Hidup itu penuh misteri, tidak ada yang bisa menebaknya. Satu jam lagi apa yang terjadi pada kita, pasangan atau keluarga pun tidak ada yang tahu. Termasuk dalam hal kesehatan dan kematian. Melihat itu semua kita (saya pribadi) tidak bisa terlepas dari asuransi. 

Malam ini saya tidak menjelaskan apa itu asuransi, apa manfaatnya. Tapi saya akan berbagi cerita yang saya alami tentang asuransi. Ada pro dan kontra ketika berbicara masalah asuransi. Saya tidak ingin merubah pemikiran tersebut karena pemikiran orang berbeda-beda. Sebelum saya bercerita tentang kisah hidup yang berkaitan dengan asuransi. Terlebih dahulu saya menekankan...bukan saya tidak berserah diri kepada Allah, bukan pula saya mendahului kehendak Allah atau bahasa jawanya "ngalup" tapi ini juga salah satu bentuk ikhtiar saya dalam memproteksi diri. Saya tahu sebaik-baiknya pelindung adalah Allah tapi kita tetap diwajibkan untuk berikhtiar. Jika ada yang mengatakan lebih baik berzakat dan sedekah daripada uangnya untuk bayar asuransi. Dua hal tersebut bagi saya hal yang berbeda. Zakat dan sedekah itu wajib bagi saya, karena itu tabungan akhirat. Sedangkan asuransi itu urusannya dengan dunia dan mungkin ada sedikit kaitannya dengan akhirat bagi saya.

Awal saya ikut asuransi, ketika saya dan suami masih pacaran. Suami berujar "kita harus punya asuransi masing-masing sebelum kita menikah". Saya bertanya buat apa asuransi, beliau berkata pokoknya harus, biar nanti ketika kita sudah menikah tinggal memikirkan asuransi untuk anak. Saat itu saya hanya nurut saja. Sempat ada pemikiran agak bagaimana ketika muncul program BPJS dari pemerintah. Karena dengan iuran yang jauh berbeda tapi dapat manfaat yang sama (pemikiran saat itu).

Qodaralluh kami berdua sering sakit hingga masuk rumah sakit. Ketika awal merasakan manfaatanya hingga sekarang kita selalu puas, tidak pernah mengeluh. Apalagi sistem yang kita pakai adalah cashless jadi ketika kita sakit tinggal menunjukkan kartu asuransi tanpa harus memikirkan administrasi atau biaya.

Dari fasilitas yang didapatkan jauh lah dari BPJS (ya namanya ada harga ada rupa 😁). Pernah waktu belum menikah, saya sakit...sudah tidak kuat lagi tetapi dokter bilang tidak ada kamar (ketika itu saya menunjukkan kartu BPJS), nach ketika saya mengeluarkan kartu asuransi, seketika dokter "kalau ini ada kamarnya". Terus pernah dini hari sakit banget, langsung masuk UGD, kebetulan di UGD antriannya banyak (pasien BPJS), seketika saya menunjukkan kartu asuransi, dengan sigap dokter dan perawat melayani padahal bisa dibilang saya datang belakangan. Ada lagi cerita saya mengantar tetangga yang muntah darah (sakit komplikasi parah) berhubung beliau pasien BPJS, tahu kan apa yang terjadi...seharian di UGD, tidak ditangani dengan alasan nunggu dokternya hari senin, karena hari minggu libur. Tidak hanya dari segi pelayanan, obatnya pun jauh beda. Selama saya atau suami opname, kami tidak pernah minum obat karena obatnya selalu injeksi (tahu kan harganya berapa). Melihat kejadian-kejadian itu kami bersyukur mempunyai asuransi.

Jika dibilang asuransi kami mahal, ya mungkin lumayan mahal tapi dengan apa yang kami dapatkan itu tidak seberapa. Manfaat yang didapatkan dengan yang dikeluarkan itu lebih banyak yang didapatkan jika dihitung dengan nominal. Selain itu asuransi kami bersifat unitlink, jadi tidak hanya kesehatan yang diproteksi tapi ada manfaat tunjangan hari tua, tunjangan kematian dan tunjangan kecelakaan yang mengakibatkan cacat permanen. Banyak yang bilang (termasuk jouska) jika unitlink itu merugikan dll. Tapi bagi kami yang memiliki kondisi seperti ini, itu sangat membantu. Manfaat-manfaat lainnya itu hanya bonus, yang terpenting adalah manfaat kesehatan. Jadi bagi kami unitlink itu bukan merugikan tapi menguntungkan. 

Dengan adanya manfaat tambahan berupa tunjangan kematian. Setidaknya kami tidak perlu kuatir jika suatu saat meninggal dan mempunyai hutang, setidaknya ada uang untuk membayar hutang yang ditinggalkan dan untuk mengurus kematian kami (kebetulan sudah kami urus "hitam di atas putihnya, sehingga tidak bisa digunakan seenaknya saja). Karena pada dasarnya kami tidak mau menyulitkan dan menyusahkan siapapun ketika meninggal dunia. Dan kami pun tidak mau menanggung hutang ketika meninggal.

0 komentar:

Posting Komentar