Kamis, 27 Februari 2020

Bunsay Level 11, Tantangan Hari Ke-1, Pendidikan Fitrah Seksualitas Dini


Pendidikan Fitrah Seksualitas Dini

Membedakan mainan sesuai dengan batasan gender bisa dilakukan dengan cara :
  1. Mainan sesuai gender ini lebih kepada hal-hal yang lebih spesifik sifatnya. Misalnya cowok lebih ke mainan-mainan yang maskulin, anak-anak cewek lebih ke mainan yang feminim.
  2. Anak cowok main masak-masakan ini tidak ada masalah. Allah juga memberikan peran para lelaki untuk berprofesi sebagai koki/chef. Sehingga masak-masakkan bukan hal yang terlalu feminis.
  3. Kalau anak cowok main boneka barbie, boneka bayi, make up. Nah ini memang hal yang salah.
  4. Untuk boneka binatang tidak ada masalah, terkadang kita mendongeng itu butuh media dan tak jarang menggunakan boneka binatang sebagai media dongeng, dan sifatnya universal, anak cowok maupun anak cewek.
  5. Anak laki-laki lebih menyukai mainan yang bergerak, sedangkan anak perempuan memilih mainan yang memiliki profil wajah atau mainan yang mendukung naluri mengasuh.


Mengidentifikasi perbedaan gender dalam preferensi mainan. Ada beberapa bukti bahwa otak anak laki-laki didesain untuk mengekspresikan minat awal pada permainan kasar dan fisik serta mainan yang bergerak (seperti mobil-mobilan), sementara perempuan memilih boneka dan bermain peran.

Pentingnya memfasilitasi anak dengan mainan sesuai gender. dr. Markus menyatakan bahwa Gender itu penting, namun tidak mutlak dari awal harus dibatasi ini itu, yang pasti tetap perlu diarahkan. Mengenalkan mainan sesuai gender bisa dimulai sejak usia anak 2 tahun (dr. Markus Danusantosa, SpA.)

Kalau ternyata anak lebih memilih mainan tidak sesuai gender, arahkan cara bermainnya. Misalnya anak perempuan cenderung memilih main mobil-mobilan. Saat anak itu memainkan mobil-mobilan, ambilkan boneka. Ini agar dalam proses permainan ada dua benda berbeda. Seolah-olah kita bandingkan mainan. Kita tidak perlu kaku membatasi bahwa ini mainan anak laki-laki dan itu mainan anak perempuan. Bisa dengan pengalihan seperti memasukkan unsur feminin pada anak perempuan atau unsur maskulin untuk anak laki-laki.

Orangtua perlu memperhatikan mainan yang akan diberikan pada anak-anak. Orientasi jangka panjangnya adalah menjaga anak-anak dari perilaku menyimpang. Pemberian mainan edukatif yang tepat sesuai jenis kelamin diharapkan dapat membantu membentuk karakter dan kepribadian anak. Akan lebih baik jika ayah bunda membelikan mainan edukatif yang mengandung nilai-nilai religi.

Pada tahap awal (usia 0-6) tahun disarankan anak lebih banyak bermain dengan orang tua yg sesuai gendernya (anak laki2 dengan ayah, dan anak perempuan dengan ibu) dan memainkan mainan yg sesuai gendernya karena pada tahap awal ini adalah usia penting untuk menanamkan identitas gender ke anak. Ibarat kalo sedang membuat bangunan, maka tahap awal ini adalah pondasi bagi anak untuk mengenali gendernya.

Pakar perkembangan anak mengatakan bayi sudah mampu menangkap banyak hal di usianya yang baru 9 bulan.
Ketertarikan pada suatu objek berdasarkan perbedaan gender akan lebih nyata saat anak bertambah besar. Di usia 27 bulan hingga 36 bulan, anak perempuan menghabiskan 50 persen waktu bermainnya untuk main boneka. Sementara itu 87 persen waktunya dihabiskan anak laki-laki untuk main mobil-mobilan dan bola.

Fakta pada saat ini menunjukkan bahwa jenis mainan anak amatlah banyak. Dan dari jumlah tersebut, jenis-jenis mainan tidak mutlak terbagi untuk gender laki-laki dan perempuan. Ada banyak jenis mainan yang bisa dimainkan bersama, seperti balok, lego, playdoh, rumah-rumahan dengan segala perabotnya, pasir, dan banyak mainan edukatif lain. Hasil pengamatan saya ketika sejumlah anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, tetap ada perbedaan kecenderungan mereka dalam memainkan mainan umum tersebut. Misalnya anak laki-laki lebih suka menyusun lego menjadi kendaraan atau bangunan bengkel, sementara anak perempuan lebih suka menyusun istana dan kebun cantik.

Dalam kondisi anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, untuk menstimulus kemampuan kognitif dan motorik anak, pemberian mainan tetap dapat bervariasi. Lalu biarkan mereka memainkannya sesuai imajinasi mereka. Pendampingan dan pengarahan dari orang tua berperan dalam menjaga permainan agar tidak menyimpang. Selanjutnya mungkin kita akan mendapati anak-anak laki-laki dan perempuan berada dalam permainan bersama dimana mereka bekerja sama dengan tetap memposisikan diri mereka sesuai gendernya.

Batasan gender terkait pekerjaan yang umum dilakukan oleh Ayah atau oleh Ibu. Jika terkait dengan pekerjaan sebagai Ayah atau Ibu, bagaimana mensiasati agar mainan yang dibatasi gender ini tidak meneruskan budaya patriarki yang membuat seorang ayah tidak peka untuk membantu Ibu dan serba dilayani. Terkait anak laki-laki maupun perempuan wajib dikenalkan tentang tugas-tugas domestik. Budaya yang harus diteladani adalah budayanya Rasulullah sehingga masalah pekerjaan rumahan, anak laki pun harus ikut andil, seperti nyapu, nyepel, cuci piring, dan sebagainya.

Lebih memberikan pemahaman bahwa tugas ayah adalah menafkahi keluarga dan ibu menjaga amanah dari Allah yaitu anak-anak. Akan tetapi untuk msalah peekrjaan rumah adalah tanggung jawab bersama.

Jika anak lebih mengidolakan tokoh idola yang tidak sesuai dengan gendernya. Sebuah studi menunjukkan bahwa ketertarikan berdasarkan gender sudah ada bahkan sebelum bayi bisa merangkak.



#Gamelevel11
#Day1 (sesuaikan)
#KuliahBunSayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

0 komentar:

Posting Komentar